Skip to main content

bilik dadan m ramdan

Search This Blog

Showing posts from July, 2010

Posts

Dari Capek, Energy Drink hingga Aspartam

Get link
Facebook
Twitter
Pinterest
Email
Other Apps

Sekolah di Garut Darurat Pungli

Get link
Facebook
Twitter
Pinterest
Email
Other Apps

Memutar Jarum Jam ke Depok Tempo Dulu

Get link
Facebook
Twitter
Pinterest
Email
Other Apps

Hidup Sederhana dan Berbagilah Kesuksesan

Get link
Facebook
Twitter
Pinterest
Email
Other Apps

Menghargai Benda Cagar Budaya

Get link
Facebook
Twitter
Pinterest
Email
Other Apps

Pendidikan, Investasi Depok Demi Masa Depan

Get link
Facebook
Twitter
Pinterest
Email
Other Apps

Antara Harapan, Konflik & Korupsi

Get link
Facebook
Twitter
Pinterest
Email
Other Apps

bilik dm ramdan: Penumpang Gelap di KPK Jilid II

Get link
Facebook
Twitter
Pinterest
Email
Other Apps

Penumpang Gelap di KPK Jilid II

Get link
Facebook
Twitter
Pinterest
Email
Other Apps

Pornografi Ancam Indonesia

Get link
Facebook
Twitter
Pinterest
Email
Other Apps

Yuk, Lawan Anemia dengan Gerakan Anti 5L

Get link
Facebook
Twitter
Pinterest
Email
Other Apps

Anak Indonesia Disuntik Racun TV

Get link
Facebook
Twitter
Pinterest
Email
Other Apps

Made In Indonesia

Get link
Facebook
Twitter
Pinterest
Email
Other Apps

Hang Out, ke Margonda Aja

Get link
Facebook
Twitter
Pinterest
Email
Other Apps

Popular Posts

Memutar Jarum Jam ke Depok Tempo Dulu

Depok tidak hanya memiliki daya tarik dalam hal wisata kuliner yang banyak berderet di sepanjang kawasan Margonda. Atau keindahan wisata alamnya seperti situ. Namun Depok juga menyimpan kekayaan historis yang menyertai perjalanannya. Tengok saja bangunan dan rumah-rumah peninggalan Belanda masih berdiri kokoh. Warga Depok tentunya mengenal apa yang disebut Depok Lama atau Depok Tempo Dulu, karena awalnya pusat Kota Depok itu ada di Depok Lama. Jadi, kalau bicara sejarah Depok, tentunya dimulai dari Depok Lama ini Perkembangan Depok juga tidak terlepas dari perjalanan orang-orang Belanda yang membangun kawasan di pinggiran Ibukota ini sehingga sekarang menjelma jadi satu wilayah yang padat penduduk dan dinamis. Namun, pesatnya pertumbuhan kota yang lambat laun terus mengancam sejumlah aset sejarah dan cagar budaya peninggalan masa silam, khususnya bangunan-bangunan peninggalan Belanda. Atas kekhawatiran inilah, lahirnya Lembaga Cornelis Chastelein (LCC). Ketua Umum LCC, Velentino Jonath

Saman, Keunikan Si Tari Tangan Seribu

“TARI tangan seribu,” begitulah Ibu Tien Soharto menyebut tari saman yang menjadi tarian favorit dalam Festival Pekan Kebudayaan Aceh di Banda Aceh tahun 1972. Sejak saat itu, tari saman mulai dikenal luas dan banyak diundang dalam berbagai pementasan. Pun pada pembukaan Taman Mini Indonesia Indah (TMII) tahun 1974, tari saman tampil memesona. Awalnya, tari saman berasal dari Gayo Lues, Aceh. Bernama saman, konon tarian ini diciptakan seorang ulama besar bernama Syekh Saman, sekira abad 14 Masehi. Mulanya, tari saman hanya ditampilkan dalam acara-acara keagamaan di Aceh, seperti saat memperingati Maulid Nabi Muhammad, sekaligus bagian dari media dakwah yang berbalut seni. Saman dulu sering ditampilkan di kolong-kolong meunasah atau surau jika di Jawa. Seiring zaman, tarian ini terus berkembang luas. Kini tari saman kerap tampil di sejumlah kegiatan, baik tingkat nasional maupun international. Tarian ini mencerminkan pendidikan, keagamaan, sopan santun, kepahlawanan, kekompakan, dan

Hadiah Agustusan, Pokja Salarea dan Fastama Mewakafkan Infrastruktur Internet di Si Layung Park

Pandemi virus korona (Covid1-19) berdampak dahsyat bagi bagi wajah dunia saat ini. Selain terjadi pelambatan ekonomi, Covid-19 juga mengubah pola kebiasaan masyarakat dalam konsumsi dan beraktivitas, baik di rumah, ruang publik, perkantoran, hingga sektor bisnis. Mau tidak mau, penduduk bumi dipaksa untuk berdamai dengan Covid-19, hidup adaptatif dengan kebiasaan baru atawa new normal sebagai kompromi sekaligus cara bertahan di masa pandemi. Pun di dunia pendidikan, sudah berbulan-bulan para pelajar harus tinggal di rumah dengan menjalani rutinitas pembelajaran jarak jauh atau daring. Tapi tidak semua pelajar bisa mengikuti pelajaran online tersebut. Akses internet yang terbatas bagi mereka yang tinggal di pinggiran daerah, di lereng pegunungan, hingga wilayah pedalaman membuat aktivitas belajar tidak optimal bahkan menyulitkan. Biaya kuota internet yang terbilang mahal semakin membebani orangtua dari keluarga tidak mampu yang secara ekonomi sudah tertekan krisis pandemi. Tak ayal, ki

Archive

October 20204
August 20202
February 20123
December 20111
November 20115
October 20115
September 20118
August 20115
July 20115
June 201118

May 20111
April 20113
March 20118
February 20118
January 201118
December 201013
November 20106
October 20103
September 20102
August 201018
July 201014

Show more Show less

dadan m ramdan: jurnalis, entrepreneur dan pegiat sosial-lingkungan

labels

Agama
Buku
Ekonomi
hu
Hukum
Jurnalisme
Kriminal
Lingkungan
Pendidikan
Peristiwa

Politik
Seni dan Budaya
Sosial
Sosok
terorisme

Show more Show less

blog sebelah

Agus Susanto
ahmad suyudi omar
alexander mering
Andreas Harsono
candra
debloger
depok
dewi lestari
dhodie
fadjroel rachman
farid duatujuh
Imansulaiman
informasi pesisir
insaf a tarigan
Kedai Kopi
kompasiana
kumpulblogger
mayasari
novi
rumah baca
santi indra astuti
sapariah
sunda
thomas djamaluddin
tikapinkhana
tm dhani iqbal
tulus
ulil abshar

Powered by Blogger