Apa yang Anda rasakan setelah beraktivitas berat seharian. Ya, benar. Badan terasa capek, lelah, terkadang pegal-pegal dan linu. Saya pun sama, kerap mengalaminya.
Dari pagi hingga menjelang malam, saya disibukan dengan tugas kantor yang terletak di Kebon Sirih, Jakarta Pusat. Sepekan sekali kebagian jatah piket malam. Nyaris semalaman bergadang, karena harus meng-update berita setiap saat.
Sampai di rumah, badan terasa lelah tak bertenaga bahkan tulang-tulang seperti mau rontok, terlebih pulang kantor mengendarai sepeda motor. Perjalanan dari Jakarta ke Depok tak jarang membuat pinggang pegal-pegal, tangan dan kaki jadi kesemutan. Ingin rasanya saya mencopot pinggang sehingga tidak harus merasakan pegal-pegal. Istri pun terkadang kena getahnya, karena harus memijat saya, sekadar meredakan sakit otot ini.
Tidak bisa ditawar lagi, tuntutan pekerjaan yang berat harus didukung dengan stamina prima setiap saat. Ketika tubuh mendadak nge-drop, dipastikan mengganggu rutinitas. Nah, untuk menjada tubuh tetap fit, saya secara rutin mengkonsumsi suplemen. Tak jarang di perjalanan saat udara panas, meneguk minuman berenergi menjadi pilihan. Haus hilang seketika dan badan segar kembali. Tidak hanya saya atau Anda yang menyukai mimuman "sakti" ini. Ternyata, jutaan penduduk dunia juga menyukainya.
Minuman suplemen saat ini sudah menjadi bagian dari gaya hidup modern. Dengan aktivitas masyarakat urban yang kompleks, mereka membutuhkan suplemen untuk memulihkan stamina agar tetap segar dan bugar. Jika diamati terdapat beragam jenis minuman berenergi mulai dari yang cair maupun serbuk. Mereknya pun bermacam-macam dengan harga bervariatif. Sebut saja, Extra Joss, Kratingdaeng, Vit Up, Energy Drink, Hemaviton, Kuku Bima TL, Phanter, dan lainnya.
Ditilik lebih luas, tak hanya kompetisi yang kian ketat dari produsen-produsen minuman berenergi ini dalam memperluas pangsa pasar. Namun kehadiran minuman suplemen tersebut tidak luput dari polemik di tengah masyarakat, terutama menyangkut kandungan di dalamnya. Sebagian masyarakat percaya di pasaran beredar berbagai macam jenis minuman untuk meningkatkan stamina namun mempunyai efek samping berbahaya. Kandungan bahan kimia berbahaya itu diduga sebagai pemicu timbulnya berbagai penyakit seperti jantung, ginjal, kanker, dan lainnya.
Adanya kekhawatiran inilah yang melatari Extra Joss mengadakan Media Workshop bertajuk, “World Class Stamina, World Class Quality, for Indonesia” di Gemini Room, Hotel Sultan, Jakarta, akhir Juni lalu. Workshop ini digelar dalam rangka ingin mengajak media mengenal lebih dekat dengan Extra Joss sebagai salah satu pelopor minuman energi yang aman dikonsumsi di Indonesia.
Salah satu isu santer terkait minuman suplemen ini adalah kandungan aspartam. Aspartam atau aspartil fenilalanin metil ester merupakan pemanis sintetis rendah kalori, pengganti gula dengan tingkat kemanisan 60-220 kali sukrosa (gula). Berbentuk tepung kristal berwarna putih yang diisukan sangat berbahaya bagi tubuh. Kasubdit Sandardisasi Bahan Baku dan BTP Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Gasilan yang menjadi pembicara dalam workshop ini mengungkapkan, informasi bahaya konsumsi aspartam beredar di masyarakat melalui media internet dan pesan singkat. “Informasi yang diterima masyarakat ini keliru,” ujarnya.
Informasi tersebut terkait adanya laporan efek samping pada penderita penyakit tertentu yang dituangkan dalam PP Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan yang menyebutkan bahwa pemanis aspartam harus menuliskan peringatan fenilketonurik. Adanya peringatan inilah yang membuat masyarakat takut, padahal hanya ditujukan bagi mereka yang mengidap penyakit tertentu.
Menurut Gasilan, kontroversi aspartam berawal ketika European Ramazzini Foundation (ERF) mempublikasikan penemuannya berdasarkan studi pemberian aspartam dalam jangka panjang kepada tikus. Dari penelitian ini akhirnya disimpulkan aspartam dapat menyebabkan kanker. Penelitian tersebut kemudian ditanggapi European Food Safety Authority (EFSA) yang menyatakan aspartam tidak mempunyai aktivitas genotoksik, tidak potensial karsinogenik, sehingga tidak ada alasan untuk merevisi Acceptable Daily Intake (ADI) yang telah ditetapkan sebelumnya.
Sebab itu, makanan atau minuman dengan kandungan aspartam 40 mg seperti Extra Joss masih aman dikonsumsi seorang anak dengan berat badan 25 kg, bahkan sampai tiga kali sehari. “Aspartam masih aman dikonsumsi di bawah 40 mg per kg berat badan per hari," jelas Gasilan. Joint FAO/WHO Expert Committee on Food Additives (JECFA) yang melakukan evaluasi sejak tahun 1981 menyimpulkan, aspartam tidak menyebabkan tumor otak pada tikus. Aspartam dimetabolisme dalam tubuh menghasilkan asam aspartat, fenilalanin dan metanol. “Semua senyawa ini terjadi secara normal dalam tubuh,” imbuhnya.
Penggunaan aspartam diatur dalam Codex stan 192-1995 Rev. 9 Tahun 2008 yang menyebut bahwa aspartam dapat digunakan berbagai jenis pangan, antara lain, minuman berbasis susu, permen, makanan ringan dan minuman ringan. Codex stan ini ditetapkan oleh Codex Alimentarius Commision (CAC), yakni komisi yang ditetapkan Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan Badan Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) dan bertujuan untuk melindungi kesehatan konsumen, serta menjamin perdagangan yang jujur.
Aspartam juga masih diizinkan dan dianggap aman untuk berbagai produk makanan dan minuman di banyak negara di dunia seperti, Amerika Serikat, Kanada, Uni Eropa, Australia, termasuk di negara-negara Asean. Michael Triangto, dokter spesialis kedokteran olahraga menjelaskan, suplementasi ginseng, royal jelly, vitamin b kompleks, taurin, serta kafein yang dikonsumsi sesuai dengan takaran adalah salah satu solusi yang baik dan aman untuk meningkatkan stamina agar tetap produktif.
Mengkonsumsi Extra Joss, kata Michael, menjadi salah satu pilihan bagi mereka yang memerlukan suplemen tambahan. "Bahan-bahan yang terkandung dalam Extra Joss sama sekali tidak membahayakan bagi tubuh. Penggunaan caffein pada Extra Joss sesuai dengan anjuran tidak akan menyebabkan doping,” paparnya.
Sementara itu, Senior Brand Manager Extra Joss Teguh Indarto memaparkan, pangsa pasar Extra Joss berkembang hingga ke manca negara. Hal ini terbukti dengan digunakannya Extra Joss untuk meningkatkan stamina masyarakat di berbagai negara, seperti Malaysia, Filipina, Selandia Baru, India, Yaman, dan Austria,” jelas Teguh.
Supply Chain Director Kalbe Group Pre Agusta Siswantoro menambahkan, komitmen Extra Joss adalah memberikan yang terbaik untuk meningkatkan stamina dan produktivitas masyarakat Indonesia. “Kami memproduksi Extra Joss sesuai dengan standar internasional. Kami juga mengadakan kegiatan corporate social responsibility yang secara berkelanjutan untuk membantu meningkatkan kualitas dan produktivitas masyarakat di Indonesia dapat berlaga di kancah internasional. Sesuai dengan harapan kami, World-class Stamina, World-class Quality, for Indonesia,” pungkasnya.
Comments
Post a Comment