Kevulgaran Wakil Rakyat


Kehebohan muncul lagi dari gedung Kura-Kura, markasnya para wakil rakyat. Kali ini, layar informasi sentuh di lobi Gedung Nusantara III DPR mendadak nongol sebuah situs porno.

Kontan kejadian ini membuat kalang kabut DPR, karena sejatinya fungsi dari layar ini adalah menyampaikan informasi tentang kegiatan anggota DPR.

Atas kejadian ini, Wakil Ketua DPR Taufik Kurniawan seperti ditulis detikom, meminta maaf kepada masyarakat atas kejadian yang memalukan ini. “Kami menyampaikan permohonan maaf sebesar-besarnya kepada masyarakat, karena kami sama sekali tidak sengaja,” kata Taufik yang menjanjikan akan membuka pelaku di balik insiden memalukan ini.

Sebelumnya, insiden menghebohkan juga terjadi di gedung para politisi Senanyan tersebut. Ihwalnya, aksi nekad aktor kawakan, Pong Hardjatmo yang menyemprotkan pilox dengan menuliskan kata Adil, Jujur dan Tegas di atap gedung DPR.

Ulah dari Pong ini mendapat respons dari berbagai kalangan. Muncul pro dan kontra menyikapi aksi yang penulis nilai heroik. Betapa tidak, apa yang dianggap sebagai pihak keisengan yang tidak bertanggung jawab itu adalah sarat pesan moral.

Dua insiden tersebut tentunya tidak datang begitu saja. Tak ada asap kalau tidak ada api. Ya, memang DPR tengah mendapat sorotan dari masyarakat. DPR yang notabene wakil rakyat dituntut aspiratif bagi kepentingan masyarakat luas. Nyatanya, banyak mengedepankan kepentingan pribadi, kelompok atau partai.

DPR belum banyak diharapkan rakyat. Lembaga tinggi negara ini justru menjadi bagian dari persoalan, bahkan pemaian dari masalah-masalah krusial di negeri ini. Rakyat dibuat kecewa dengan tidak jelasnya juntrungan skandal bailout Bank Centry Rp6,7 triliun.

Juga masih jelas dalam ingatan publik, pada Mei lalu muncul usul dari Komisi XI agar membagikan alokasi dana APBN Perubahan 2010 ke daerah pemilihan sebesar Rp20-Rp30 miliar per anggota. Berdalih banyak konstituen yang meminta bantuan, anggota DPR yang di pelopori Partai Golkar minta dana aspirasi Rp15 miliar per anggota.

Lagi-lagi, tanpa melihat kondisi rakyat kecil yang terhimpit ekonomi dan ketakutan akan tabung elpiji meledak, legislator Senayan minta rumah aspirasi seharga Rp200 juta per anggota. Kalau ditotal jumlahnya tak kurang Rp112 miliar. Padahal untuk membangun kembali gedung DPR yang katanya miring itu, negara harus merogoh Rp1,8 triliun.

Menurut politisi dari Partai Golkar Priyo Budi Santoso, pembangunan rumah aspirasi mutlak diperlukan untuk menyerap aspirasi masyarakat yang paling efektif. Apa benar untuk menyerap aspirasi masyarakat? Saya yakin 100 persen tidak akan mencapai tujuan tersebut.

Toh memperjuangkan aspirasi hanya sekadar jargon untuk memikat simpati dan dukungan masyarakat saat kampanye agar memilihnya. Setelah terpilih, wakil rakyat terhormat ini jutru berlomba-lomba mengeruk uang rakyat dengan dalih untuk kepentingan rakyat.

Saya menilai insiden situs porno dan coretan Pong merupakan teruran yang terang bederang untuk para wakil rakyat. Tinggal kembali lagi pada DPR sendiri apakah mereka akan selamanya buta dan tuli dengan apa yang terjadi di sekitarnya. Saat ini semua mata rakyat tertuju ke Gedung Kura-Kura, rakyat berharap mereka peka terhadap persoalan di bawah bukannya berpoya-ponya dengan kekuasaan.

Aksi Pong hanyalah ekspresi dari seseorang yang ingin mengetuk pintu nurani anggota dewan agar peduli terhadap nasib pilu rakyat yang telah memilihnya. Sementara itu kemunculan situs porno bisa jadi sindiran atas perilaku, hasrat berkuasa, keinginan menumpuk duniawi anggota DPR yang bisa dikatakan terlalu vulgar. Saya yakin jika tabiat anggota DPR masih seperti sekarang, tunggu saja peristiwa heboh lainnya akan bermunculan.

Comments