GAYUS kok bisa jalan-jalan yah? Bukan Gayus namanya kalau berhenti berulah. Meski mendekam di bui, ternyata Gayus masih leluasa pelesiran dan tidur nyenyak di rumah.
Bermodalkan bertumpuk-tumpuk uang yang dimilikinya, Gayus benar-benar menerapkan pemeo masyarakat Batak, "Hepeng Na Mangatur Negara On", alias uang yang mengatur negara ini. Kali ini yang terperdaya oleh "kecerdikan" eks pegawai Ditjen Pajak yang menyimpan pundi-pundi uang lebih dari Rp100 miliar itu adalah polisi.
Puluhan juta dikipaskan Gayus untuk membius hati nurani Kepala Rutan Mako Brimob dan anak buahnya. Namun kebusukan sampai kapanpun pasti tercium. Ulah Gayus yang keluyuran di luar rutan, pada akhirnya terbongkar. Walhasil, dengan muka merah, Mabes Polri mencopot Kepala Rutan Mako Brimob Kelapa Dua dan delapan anak buahnya yang terbukti menikmati uang tersangka mafia pajak itu.
Terkuaknya kasus ini bermula dari jepretan fotografer koran terbesar di Tanah Air. Dalam foto itu tampak seorang pria berkacamata dan mengenakan wig persis Gayus dan seorang wanita yang juga mirip istrinya, Milana Anggraeni, tengah menonton pertandingan tenis di Nusa Dua, Bali. Kini, wig pria sangat mirip Gayus itu menjadi perbincangan hangat di Twitter, sekadar bahan lelucon.
Dalam waktu yang bersamaan petinggi polisi sempat panik, bahkan sampai mengorder Densus 88 untuk mencari Gayus, sebab raib dari selnya. Dan benar, Gayus diciduk di rumahnya di Kelapa Gading. Dari sinilah merebak kembali isu suap mengarah kepada petugas rutan, sehingga tahanan bebas keluar masuk sel.
Eks Kepala Rutan Mako Brimob Kelapa Dua Iwan Siswanto yang kini jadi tahanan dan mengalami depresi mengaku kantongi duit dari Gayus sebesar Rp368 juta, sedangkan anak buahnya "digaji" Rp5-6 juta setiap kali Gayus keluar tahanan.
Meski kekayaan Gayus hasil jerih-payahnya menjadi makelar kasus sebesar Rp25 miliar
diblokir, ternyata masih ada uang Rp75 miliar yang belum jelas keberadaannya seperti
diutarakan Mas Achmad Santosa, anggota Satgas Mafia Hukum. Konon uang ini jadi rebutan polisi. Jadi jangan heran, Gayus mampu menyuap polisi dengan jumlah yang tak sedikit. Itu baru uang haram milik Gayus dari jasanya mengamankan perkara pajak perusahaan milik Bakrie grup. Dari perusahaan lain, masih gelap-gulita.
Kabarnya, Gayus juga menyimpan duitnya yang lebih besar di luar negeri agar tak tercium PPATK. "Kenakalan" Gayus yang hanya pegawai rendahan sudah begitu ruwetnya, apalagi "kejahilan" mereka yang berada di posisi lebih tinggi dan strategis. Mungkin akan lebih rumit dari benang kusut untuk mengurainya.
Kasus Gayus jilid dua ini kembali mencoreng citra lembaga kepolisian yang selama ini memang dituding kental dengan budaya korupsi. Bagi Gayus yang sudah hapal di luar kepala soal sogok-menyogok, apapun keinginan bisa terlaksana walaupun statusnya tahanan. Uang bisa mengatur segalanya. Parahnya, aparat penegak hukum gampang tergiur dan menganggap suap sebagai tambahan penghasilan.
Cerita keluar-masuknya tahanan dari penjara hanya penggalan lagu lama yang kembali terputar. Ihwalnya, praktik "kotor" di rutan atau lapas sudah jadi rahasia umum laykanya kerajaan mafia. Siapa yang kuat, dialah yang berkuasa. Siapa yang punya uang, mereka dapat menikmati fasilitas "khusus" dengan membeli kuasa-kuasa abdi hukum. Dengan uang tinggal pilih mau jasa antar-jemput istimewa, kamar mewah, hingga wanita panggilan nan jelita.
Comments
Post a Comment