Ada Tsunami Bahasa Inggris!


Serbuan kosakata bahasa Inggris ke dalam wacana bahasa kita memang laksana datangnya tsunami yang tidak dapat ditolak, tidak dapat dihindarkan dan tidak dapat dijinakkan. Sebagian besar kosakata itu memang termasuk istilah baru yang terlahir mengikuti perkembangan kemajuan teknologi. Sebagian kecil lainnya sesungguhnya bukanlah istilah baru, namun kata-kata ini pun berhasil menggusur kata-kata Indonesia yang dipandang kurang bergengsi. Terhadap serbuan gelombang bahasa Inggris ini, ada tiga prosedur yang dapat dilaksanakan. Pertama, kita segera mencarikan padanan katanya dalam bahasa Indonesia, yang ke dua menyerap kata-kata Inggris ini sesuai dengan pelafalan atau mengikuti pedoman penyerapan pusat bahasa, atau yang ke tiga diambil bulat-bulat sesuai dengan ejaan asli bahasa Inggrisnya.

Untuk tindakan pertama yang tentu merupakan langkah yang terbaik yaitu mencarikan padanan dalam bahasa kita, saya dapat mencontohkan beberapa diantaranya yang berhasil diterima dalam wacana bahasa kita seperti : mengunduh (download), surat elektronik/surel (e-mail), peretas (hacker), wacana (discourse), mengunggah (upload), ranah (domain), bandar udara/bandara (airport), telepon seluler/ponsel (cellular phone), dampak (impact), daur ulang (recycle), tautan (link), petahana (incumbent), peringkat (ranking), pembalakan (logging), pasokan (supply), tenggat waktu (deadline), paparan (expose), penyelia (supervisor).

Langkah ke dua yang melaksanakan penyerapan istilah-istilah Inggris dengan mengikuti pelafalannya, nampaknya jauh lebih banyak kita pakai. Contoh kata-kata serapan ini misalnya : aset (asset), desain (design), detail (detail), diskon (discount), disket (diskette), fitur (feature), instan (instant), nuansa (nuance), opsi (option), riset (research), sains (science), survai (survey), fotokopi (photocopy), eksis (exist), deterjen (detergent), komplain (complaint), kontainer (container), konseling (counseling), konsil (council), konter (counter), kursor (cursor), inovasi (innovation), interupsi (interruption), gratifikasi (gratification), paradigma (paradigm), advokasi (advocation), simulasi (simulation), kloning (cloning), doping (doping), komitmen (commitment), teroris (terrorist), generik (generic).

Langkah ke tiga yang sesungguhnya harus dihindarkan sebisa mungkin, adalah mengadopsi kata-kata ‘bule’ ini secara bulat-bulat tanpa dimodifikasi. Dari peninjauan, kata-kata yang dieja asli Inggris ini, cukup banyak mewarnai wacana bahasa kita dan nampaknya pakar bahasa di pusat bahasa masih belum mampu untuk mencarikan padanannya yang pas dan diterima oleh khalayak ramai. Tercatat diantaranya : laptop, mark-up, remote, reshuffle, charger, bar-code, print-out, check-in, check-out, check-up, boarding- pass ,runner-up, stroke,lift, voucher,recall, forklift, booting, voting, spray, stocking, leasing, hunting, casing, clearing, sweater, booking, blue-jean, online, off-line, outlet, timer.

Istilah-istilah asli bahasa Inggris ini ternyata juga merambah pada kata-kata yang berimbuhan baik yang diberi awalan maupun yang diberi akhiran, khususnya dalam wacana lisan. Kita sudah terbiasa mendengar ucapan-ucapan berikut ini : ”Pesawat di-delay setengah jam”, “Laporan cuaca ini akan di-update setiap tiga jam”, “Komputer di kantor saya baru di-upgrade” , “Naskah pidato itu akan di-print sebanyak 20 lembar”, “Penyerangan markas teroris ini di-backup oleh pasukan TNI”, “Ponsel saya masih sedang di-charge”, “Jangan lupa file laporan itu di-save-kan”, “Naskah tulisan saya di-delete secara tidak sengaja olehnya”, ”Tadi malam saya di-SMS oleh ibu Tuti”.

Susahnya lagi, kita mempunyai kecenderungan untuk mengatakan driver daripada ‘supir’ atau ‘pengemudi’, customer daripada ‘pelanggan’, office daripada ‘kantor’ dan sebagainya. Dan yang paling menggelikan, pernah di suatu kesempatan, saya mendengar pengarahan dari seorang pejabat yang berkata : “Laporan ini agar segera di-follow-up-i!” Ya, kita semua maklum bahwa sebetulnya follow-up sudah memiliki padanan yaitu ‘tindak lanjut’. Tapi inilah pengaruh globalisasi, sehingga sang pejabat merasa kurang keren kalau mengucapkan “Laporan ini agar segera ditindak-lanjuti”.

Dari catatan Gustaaf Kusno

Comments