Kementerian Keuangan telah menyerahkan data 151 wajib pajak kepada Mabes Polri melalui Direktur Tipikor Mabes Polri Brigjen Pol Ike Edwin. Sebanyak 151 wajib pajak ini diduga merupakan "pasien" terdakwa kasus penggelapan pajak Gayus Halomoan Tambunan. Dari data yang diperoleh okezone, beberapa wajib pajak, merupakan perusahaan besar yang cukup dikenal publik. Tidak hanya perusahaan lokal milik konglomerat sekaligus Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie, tapi ada sejumlah perusahaan asing milik negara adidaya.
Malahan, anggota Komisi III DPR Bambang Soesatyo sempat mempertanyakan hilangnya nama perusahaan Freeport dari daftar 'pasien' Gayus Tambunan. Sebab, dari daftar 151 perusahaan itu, tidak ada nama Freeport. Padahal, Gayus pernah mengungkapnya dalam persidangan. Bambang menduga, aksi mafia pajak yang melibatkan oknum di Direktorat Jenderal Pajak sengaja menghilangkan identitas perusahaan tambang raksasa di Papua itu.
Kabar hilangnya nama Freeport yang kini tengah ditelusuri Direktorat Jenderal Pajak semakin menguatkan dugaan selama ini memang ada pihak kuat yang "memainkan" aksi Gayus ini. Apa jadinya jika perusahaan-perusahaan besar wajib pajak yang masuk daftar "merah" ini benar-benar kongkalikong dengan Gayus? Akan diamkah negara asal perusahaan raksasa tersebut digiring ke meja hijau karena dituding mengemplang pajak? Kiranya, kerugian imateri yang sangat besar jika perusahaan bersangkutan terbukti menggelapkan pajak. Tidakkah menjadi sebuah pertaruhan besar terhadap citra perusahaan ternama dari negara besar itu?
Memang tidak mudah untuk membuktikan semua itu, karena belum tentu 151 perusahaan tersebut pernah mendapat "layanan jasa" Gayus, sehingga tidak pula pula untuk mengendus aliran suapnya.
Bagi pemerintah, situasi ini jelas tidak menguntungkan. Maju kena, mundur pun kena. Dibongkar habis, pasti akan berbenturan dengan kekuatan asing. Jika tidak diusut tuntas, pemerintah justru bakal berhadapan dengan rakyat. Pemerintah akan kembali dicap sebagai pembohong besar dalam penegakan hukum.
Kalau diperhatikan, aneh juga Gayus leluasa keluar-masuk tahanan sampai 68 kali tanpa ada pihak yang membantu di belakangnya. Meski duit di rekeningnya sudah diblokir polisi, Gayus masih bisa menyuap aparat dan membuat dokumen palsu plus biaya akomodasi ke luar negeri yang jumlahnya mencapai miliaran rupiah.
Dari mana asal-muasal uang tersebut? Mungkinkah uang milik pribadi Gayus yang hanya PNS golongan IIIA, tapi memiliki kekayaan yang sebegitu banyak? Setelah sukses pelesiran ke Singapura, Makau, Kualalumpur dengan paspor aspal Sonny Laksono, belakangan Gayus memiliki paspor negara Guyana. Kita kembali dibuat heran. Kenapa Gayus balik lagi ke Indonesia, sekalian kabur kemudian tinggal di Guyana saja?
Keganjilan-keganjilan inilah yang membuat kasus Gayus ini semakin rumit dan melebar ke mana-mana. Seperti diakui Gayus, dirinya hanyalah penjahat teri yang dimanfaatkan kelompok lain yang lebih besar dan tidak tersentuh hukum. Saat membacakan pembelaan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Gayus mengungkapkan permintaan untuk menjadi staf ahli Kapolri, Jaksa Agung, maupun Ketua KPK. Bahkan Gayus obral janji dalam waktu singkat Indonesia bakal bersih dari korupsi.
"Saya minta jadikan saya staf ahli Kapolri, staf ahli Jaksa Agung, atau staf ahli Ketua KPK. Saya janji dalam waktu dua tahun Indonesia bersih. Saya tak hanya akan menangkap kakap, tapi paus dan hiu, saya tangkap," ucapnya.
Permintaan ini kontan mengundang tertawaan. Sebab, mana mungkin bisa jadi staf ahli jika yang bersangkutan adalah pesakitan. Ada benarnya juga. Tapi boleh jadi, tawaran Gayus yang dinilai bentuk keprustasian karena sudah banyak "nyayi" tapi tak digubris ini justru bernilai strategis.
Gayus adalah ujung dari mafia hukum dan mafia pajak yang banyak menyimpan informasi berharga. Mungkin karena hukum di negeri ini seperti pisau yang tajam ke bawah tapi tumpul ke atas, kekuatan modal dari the big fish mengatur sesuai tujuan dan kepentingannya. Apakah aktor Gayus menjadi tumbal kejahatan sindikat yang merekayasanya? Sehingga, kasusnya pun berhenti di Gayus yang mendekam di balik bui.
Comments
Post a Comment