Pakai Bahasa Asing Bukti Mentalitas Terjajah


Penggunaan istilah asing dalam kegiatan resmi kian memprihatinkan, sehingga dapat mengancam perkembangan bahasa Indonesia sebagai bahasa kebangsaan.

Gejala semacam ini tidak terlepas dari mental bangsa Indonesia yang masih merasa sebagai bangsa terjajah. Maka tak heran, warga biasa maupun pejabat publik akan merasa hebat dan lebih percaya diri jika mengutip bahasa asing dalam percakapan.

Menurut budayawan Remy Silado, penggunaan bahasa asing yang salah kaprah memperlihatkan mentalitas bangsa yang terjajah. "Tidak ada rasa cinta dan kebanggaan terhadap bahasa Indonesia sebagai bahasa kebangsaan," paparnya kepada okezone, Selasa (4/1/2010).

Dia menjelaskan, bahasa Indonesia adalah satu satunya produk budaya nasional yang merupakan bentuk perlawanan terhadap penjajahan Belanda yang dideklarasikan dalam Sumpah Pemuda. "Dalam bahasa Indonesia ada sejarah perjuangan untuk mencapai satu kebahasaan kebangsaan," ungkapnya.

Sebab itu, Remy sangat menyayangkan banyak pejabat negara yang menggunakan bahasa asing dalam acara resmi, karena hal itu tidak menunjukkan rasa cinta dan kebanggaan terhadap bahasa Indonesia.

"Bukan tidak boleh pakai bahasa asing, kalau perlu pejabat kita harus menguasai banyak bahasa, minimal tiga tidak hanya Inggris saja. Yah, biar tidak asal campuradukan istilah yang salah kaprah itu, akan lebih hati-hati dalam berbicara," terangnya yang harus memperketat penggunaan bahasa Indonesia dalam kegiatan resmi kenegaraan.

Kendati demikian, Remy mengutarakan penggunaan istilah asing bukan dilarang tapi harus tepat dalam pemakainnya. Misalnya, untuk teks ilmiah atau bahasa Latin tidak harus diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Sedangkan bahasa asingnya kalau masih bisa gunakan bahasa serapannya yang telah dibakukan," paparnya.

Comments