Becek, dan kotor bukan hanya milik umumnya pasar tradisional di negeri ini. Nasib serupa juga malah menimpa KRL Commuter Line, kepunyaan PT Kereta Api Indonesia.
Kok bisa? Sistem KRL Commuter Line yang tengah diujicobakan dan resminya berlaku 2 Juli besok, masih belum ada peningkatan pelayanan. Pasalnya, pada gerbong 4 KRL Commuter Line jurusan Bogor-Jakarta Kota terjadi kebocoran AC tepat di depan pintu-keluar masuk penumpang.
Kontan pemadangan yang tidak mengenakan ini membuat para penumpang mengeluh. Sepanjang perjalanan, tetesan air meluncur dari AC KRL bekas yang didatangkan dari Jepang itu. Akibatnya, di sekitar jatuhan tetesan air tersebut tampak becek dan kotor.
Dari pantaun, sejumlah penumpang pun menghindari tetesan air itu dengan menyilangkan koran dan topi tepat di atas kepalanya. Namun, bagian kaki dan sepatu luput dari perlindungan sehingga tetap kecipratan air yang sudah bercampur debu, sehingga tampak kotor.
"Wah, hujan lokal, gerimis nih," keluh seorang penupang wanita dengan wajah masam, Jumat (1/7/2011).
"Payah, gimana nih KAI, pelayanan enggak pernah bener," timpal seorang pria yang turun di Stasiun Tanjung Barat.
"Ihh, kotor. Kok bisa gini yah," celetuk seorang ibu yang baru naik dari Stasiun Pasar Minggu.
Dari penampilannya yang diperkirakan seorang karyawan kantoran dengan rok mini ini, dia berusaha merapat ke sisi kiri dari pintu KRL Communiter Line agar kaki yang mulus dan sepatu hak tinggi tidak kecipratan air.
Tak hanya AC bocor yang dikeluhkan penumpang. Hawa yang panas juga membuat penumpang kesal. AC dan kipas angin tak mampu memberikan kesejukan lantaran gerbong penuh sesak penumpang.
"Pintu dibuka segar, tutup anget lagi," celetuk seorang bapak berkaca mata yang hendak turun di Stasiun Cawang.
Saya hanya bisa menahan senyum mendengar celoteh dari para penumpang KRL Communiter Line yang kecewa terhadap pelayanan buruk dari PT KAI. Padahal, beroperasinya Commuter Line dibarengi dengan kenaikan tarif yang awalnya Rp9.000 dan terakhir diturunkan menjadi Rp7.000 untuk jalur Bogor-Jakarta.
Tetap ada kenaikan jika dibandingkan dengan tarif KRL AC ekonomi Rp5.500 untuk jalur yang sama. Kira-kira sebesar Rp1.000. Semestinya pemberlakukan tarif baru ini harus dibarengi dengan perbaikan layanan, karena pada praktiknya Commuter Line adalah KRL ekonomi AC. KRL-nya tetap sama, namun dengan tarif dan nama yang berbeda.
Sepanjang perjalanan dari Stasiun UI ke Stasiun Gondangdia, juga tidak ada pemeriksaan tiket. Mungkin petugas portir lantaran penumpang yang penuh sesak pada jam berangkat kantor pagi ini.
"Ini mah yang bayar Rp2.000 sama Rp7.000 tak bakalan ketahuan, habis enggak pemeriksaan," ucap seorang penumpang di gerbong cewek selepas turun di Stasiun Depok Baru.
Sementara itu, Ina, karyawan di bilangan kebon sirih mengaku kecewa lantaran kehabisan membeli Kartu Tanda Berlangganan (KTB) KRL Commuter Line yang kehabisan di Stasiun Pondokcina. "Stoknya hanya 200, udah laris manis dibeli penumpang," terang Ina menirukan jawaban petugas bagian KTB di Stasiun Pondokcina.
Comments
Post a Comment