Kapolsek tewas, keamanan di Papua genting

Tiba-tiba terdengar suara tembakan, dor...dor.., dan seketika itu tubuh Dominggus Oktavianus Awes ambruk bersimbah darah. Kapolsek Puncak Jaya berpangkat Ajun Komisaris Polisi ini tewas di lokasi kejadian, setelah dilumpuhkan oleh dua orang tak dikenal setelah merampas senjata dan menembakannya dari jarak dekat. Satu peluru menyasar hidung hingga menembus, sedangkan satu peluru lagi menembus dada. Insiden penembakan ini terjadi di depan umum saat Dominggus bertugas mengamankan Bandara Mulia sekira pukul 1.30 WIB, Senin 24 Oktober 2011. Dua pelaku yang diduga kelompok separatis bersenjata, Organisasi Papua Merdeka (OPM) setelah mengeksekusi korbannya dari ke melarikan diri ke arah Gunung Nenas. Tewasnya Dominggos menambah panjang daftar korban penembakan di Papua. Sebelumnya, Briptu M Yazin ditembak mati, setelah senjata apinya lebih dulu dirampas pada 24 Juni lalu. Dari catatan, beberapa kejadian yang merenggut korban jiwa di Papua antara lain, Kongres Rakyat Papua III di Padang Bulan, Abepura, Jayapura pada 19 Oktober menewaskan 3 orang. Komnas HAM malah mencatat peristiwa ini merenggut 6 korban jiwa. Pada 14 Oktober, serangan bersenjata juga menewaskan 3 karyawan PT Freeport Indonesia di Tanggul Timur. Serangan kembali terjadi pada 21 Oktober dan menewaskan tiga karyawan PT Kuala Pelabuhan Indonesia (merupakan perusahaan privatisasi PT Freeport Indonesia), yang tengah bekerja di Mile 40. Pada 10 Oktober bentrokan antara ratusan karyawan PT Freeport dengan petugas keamanan di terminal gorong-gorong PT Freeport di Timika, Papua juga menewaskan 1 orang karyawan. Dengan demikian, hingga saat ini tercatat sudah delapan nyawa melayang selama dua pekan, terakhir termasuk Domingus. Sejauh ini, aparat terus memburu para pelaku. Bahkan, Polri menggandeng TNI untuk mengejar pelaku penembakan sadis terhadap Kapolsek Mulia, Puncak Jaya. “Pascapenembakan kapolsek di Puncak Jaya, tim sudah melakukan penyelidikan dan pengejaran. Kemudian, satuan-satuan lain kerja sama dan dengan bantuan TNI sudah membantu. Ini dalam proses penyelidikan,” kata Kapolri, di Kompleks Istana Negara, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Selasa (25/10/2011). Mengenai kemungkinan penambahan pasukan di Papua, mantan Kapolda Metro Jaya ini mengaku pihaknya untuk sementara hanya akan mengoptimalkan tim pemburu. “Tidak memfokuskan pada penambahan personel kepolisian. Lebih kepada tim tim pemburu ya,” ujarnya. Sambung Kapolri, ”Semua dalam proses penyelidikan, (motif) kita lihat secara keseluruhan. Kebetulan Kapolsek saat itu lagi sendiri. Yang pasti yang bersangkutan adalah kelompok pengacau keamanan. Sementara itu Kepala badan Intelijen Negara (BIN) Letnan Jenderal TNI Marciano Norman mengatakan, penembakan terhadap Kapolsek Mulia adalah kejahatan murni. “Kejadian itu murni kejahatan, kriminal itu, di mana dia merebut senjata kapolsek, kemudian menembak,” katanya. Menurut Marciano, saat ini sedang bekerja keras untuk mengatasi perkembangan di Papua agar kasus ini tidak terjadi lagi. “Kita harus tingkatkan kewaspadaan. Kita coba semaksimal mungkin untuk tidak terjadi lagi,” imbuhnya. Sebelumnya, Menteri Hukum dan HAM Amir Syamsuddin meminta semua pihak berhati-hati dan menjaga perkataan agar tidak memperkeruh suasana hingga semakin parah. "Kita harus berhati-hati. Saudara-saudara kita di sana dalam keadaan prihatin. Baiknya kita menjaga ucapan. Oleh karena itu saya juga berhati-hati dalam berkomentar soal itu, jangan perkeruh suasana," harapnya di Gedung DPR, Jakarta, 24 Oktober 2011. Polri menduga rangkaian kekerasan masih berhubungan dengan aksi-aksi penembakan sebelumnya yang diduga dilakoni kelompok separatis. Sejumlah warga juga mengetahui penembakan tersebut. "Saya kira ini rangkaian dengan kegiatan selama ini di Papua. Apakah ini dendam dan sebagainya, kita lihat dulu kalau sudah ketangkap baru kita tahu," ujar Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Pol Anton Bachrul Alam di Mabes Polri. Menurut dia, dua pelaku penembakan memiliki ciri-ciri berbadan kurus dan berperawakan pendek. "Satu orang menggunakan pakaian warna merah TB sekira 150 sentimeter, kurus, dan tidak menggunakan sepatu," ungkapnya. Sedangkan seorang pelaku lainnya menggunakan pakaian berwarna hitam dengan tinggi badan sekira 160 sentimeter, berperawakan kurus, dan juga tidak menggunakan sepatu. "Pukul 11.41 WIT korban dilarikan ke RSUD Mulia Kabupaten Puncak Jaya untuk mendapat perawatan lebih lanjut, namun nyawa korban sudah tidak tertolong," terang Anton. Tindakan kepolisian, kata dia, selanjutnya mendatangi dan mengolah TKP. "Pelaku masih dalam pengejaran (polisi)," tuturnya. Dalam pengejarannya, pelaku yang diduga anggota separatis. Polri akan meminta bantuan dari anggota TNI. Tak sederhana Anggota Komisi I DPR Roy Suryo menilai situasi di Papua sudah tak bisa dipandang sebelah mata. Harus ada penanganan serius dan lebih berani dari pemerintah. “Masalah ini bukan lagi masalah sederhana, ini sudah serius,” ujarnya kepada okezone di Jakarta, Selasa (25/10/2011). Dia memaparkan, sedikitnya ada dua persoalan utama di Papua. Yaitu persoalan separatisme dan gangguan keamanan di sekitar PT Freeport. “Artinya ada dua masalah yang penanganannya harus berbeda, jadi tidak bisa disatukan, yang terjadi seolah-olah ini jadi satu,” sesalnya. Untuk memastikan persoalan di Papua ditangani secara profesional dan proporsional, Komisi I DPR akan memanggil Menkopolhukam Djoko Suyanto, Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa, dan Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi pada Rabu mendatang. Kemarin petang, Komisi I DPR juga telah beraudiensi dengan keluarga korban tewas di Papua. “Kami panggil Menlu juga Mendagri, karena ini bukan hanya masalah Polhukam saja. Di Papua ada dua masalah, pertama masalah integrasi, yang mencuat di Abepura. Kedua masalah gangguan keamanan di PT Freeport yang bermula dari protes persoalan gaji karyawan pribumi dengan ekspatriat,” paparnya. Politikus PDIP Tjahjo Kumolo mengatakan, aparat keamanan terpadu harus mengusut tuntas rangkaian kasus penembakan tersebut. Kendati demikian, dia masih meragukan pemerintah bisa mengungkap siapa aktor di balik penembakan yang telah menewaskan delapan orang itu. Catatan Tjahjo sejak 1999 lalu kasus penembakan di Papua tidak pernah terungkap. "Sampai sekarang tidak pernah terungkap motivasinya dan terungkap siapa pelakunya," jelasnya. PDIP mengusulkan agar pejabat di bawah Kementerian Politik Hukum dan Keamanan menggelar rapat gabungan untuk memberikan rasa aman bagi masyarakat Papua. "Apapun ini tanggung jawab pemerintah memberikan rasa aman di Papua, jangan sampai Papua terus menjadi ajang konflik tapi sumber daya alamnya lenyap terus disedot tanpa membuahkan kesejahteraan dan keamanan di tanah Papua," pungkasnya.

Comments