Pandemi virus korona (Covid1-19) berdampak dahsyat bagi bagi wajah dunia saat ini. Selain terjadi pelambatan ekonomi, Covid-19 juga mengubah pola kebiasaan masyarakat dalam konsumsi dan beraktivitas, baik di rumah, ruang publik, perkantoran, hingga sektor bisnis.
Mau tidak mau, penduduk bumi dipaksa untuk berdamai dengan Covid-19, hidup adaptatif dengan kebiasaan baru atawa new normal sebagai kompromi sekaligus cara bertahan di masa pandemi. Pun di dunia pendidikan, sudah berbulan-bulan para pelajar harus tinggal di rumah dengan menjalani rutinitas pembelajaran jarak jauh atau daring. Tapi tidak semua pelajar bisa mengikuti pelajaran online tersebut. Akses internet yang terbatas bagi mereka yang tinggal di pinggiran daerah, di lereng pegunungan, hingga wilayah pedalaman membuat aktivitas belajar tidak optimal bahkan menyulitkan.
Biaya kuota internet yang terbilang mahal semakin membebani orangtua dari keluarga tidak mampu yang secara ekonomi sudah tertekan krisis pandemi. Tak ayal, kisah miris seorang bapak yang terpaksa mencuri ponsel demi anaknya agar bisa belajar daring, menjadi ramai pembicaraan. Lebih miris, seorang pelajar menengah pertama di Batam harus menjual diri demi kuota internet dan memenuhi kebutuhan sehari-hari yang kian berat.
Merespons problem sosial tersebut, sejumlah pihak menginisiasi pengadaan jaringan internet pedesaan untuk keperluan pendidikan dan layanan publik. Adalah Kelompok Kerja Salarea (Pokja Salarea) yang menggandeng provider internet, Fastama (PT Fiqran Solusindo Mediatama), konsultan IT CV Fia Angkasa, untuk merintis pembangunan infrastruktur jaringan internet lewat pemasangan tower dari puncak Si Layung Park, Gunung Sadakeling, di Kampung Dukuh, Desa Karyamukti, Kecamatan Cibatu, Kabupaten Garut, Jawa Barat.
Meski menghadapi medan yang lumayan berat karena berada di lereng Gunung Sadakeling, berkat semangat gotong-royong akhirnya penarikan jaringan kabel serat optik dan pembangunan tower di Si Layung Park bisa berjalan sesuai rencana. "Ujicoba frekuensi dan pemansangan tower, alhamdulillah berjalan lancar dan layanan internet gratis sudah bisa diakses warga untuk kegiatan pendidikan dan layanan publik," kata CEO PT Fiqran Solusindo Mediatama, Ade Slamet.
Fastama sebagai salah satu service provider internet di Indonesia mencoba ikut berperan serta membantu program pemerintah dalam mengatasi dampak Covid-19. "Saat ini, kami bersinergi dengan Pokja Salerea di wilayah Garut untuk meningkatkan perekonomian, pendidikan, serta keterbatasan akses dalam rangka menghidupkan kembali roda pembangunan di daerah khususnya sektor wisata dan produk unggulan daerah yang terpuruk akibat Covid-19. Semoga dengan ini masyarakat daerah bisa bangkit kembali dan mandiri," harap Ade.
Keberhasilan pembangunan infrastruktur internet pedesaan ini mendapat sambutan positif dari warga setempat. "Atas nama pribadi dan Pemerintahan Desa Karyamukti, kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Pokja Salarea, Fastama, dan lainnya atas bantuan pembangunan jarngan internet, khususnya untuk Kampung Dukuh," ujar Kepala Desa Karyamukti Widya Heru Kartika.
"Berkat akses internet yang dibangun oleh Pokja Salarea, Fastama dan Fia Angkasa, ini sangat membantu masyarakat dalam menghadapi era digital. Terutama, saat ini dalam proses pembelajaran secara daring, jadi sangat membantu. Yang tadinya enggak bisa akses internet, sekarang sangat bagus sinyalnya," timpal Wawan, warga Kampung Dukuh.
Pendiri Pokja Salarea Dadan M Ramdan mengungkapkan, rintisan pengembangan infrastruktur jaringan internet ini setidaknya menjadi hadiah istimewa bagi warga Cibatu dalam momentum peringatan HUT ke-75 Kemerdekaan Republik Indonesia. "Kami dari Pokja Salarea bersama Fastama, Fia Angkasa, juga sinergi dengan Jurusan Teknik Informatika UIN Sunan Gunung Djati Bandung, ingin mewakafkan manfaat akses internet ini untuk kemajuan bersama. Sebelumnya, Pokja Salarea inisiasi sedekah air untuk mengatasi krisis air bersih," jelas dia.
Menurut aktivis sosial ini, pemerintah memang genjar melakukan pembangunan infrastruktur di sejumlah bidang untuk percepatan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. "Tapi, pandemi Covid-19 ini setidaknya membuka mata semuanya agar fokus pembangunan juga menyasar wilayah pinggiran atau pedesaan. Faktanya, di daerah banyak orangtua dan pelajar yang kesulitan mengikuti pembelajaran daring, karena keterbatasan jaringan internet. Sektor pendidikan ini sangat vital bagi peningkatan kualitas SDM di era kompetisi global," paparnya.
Atas dasar itu, Pokja Salarea meminta pemerintah semakin berpihak pada pembangunan infrastruktur pendidikan berbasis digital hingga ke pelosok daerah, wilayah pesisir dan pulau pulau terpencil atau terluar. "Untuk membangun jaringan digital ini memang butuh investasi besar, maka perlu terus mendorong keterlibatan swasta dan swadaya masyarakat dalam pengembangannya. Sementara pemerintah cukup memberikan kemudahan dalam perizinan dan birokrasi yang melayani kepentingan publik," pinta Dadan.
Comments
Post a Comment